Sebelum Kelahiran Rasulullah

Persia Sebelum Kelahiran Rasulullah

Sebelum kelahiran Rasulullah ke bumi ini, peta kekuatan dunia dipimpin dua negara besar dengan negeri Arab yang berada ditengah-tengahnya. Dua negara tersebut letaknya tidak jauh dari jazirah Arab. Dua negara besar ini adalah Persia yang terletak di sebelah Timur Laut Jazirah Arab dan Romawi yang posisinya membentang di bagian Utara dan Barat Jazirah Arab. Masing-masing negara besar tersebut memiliki peradaban yang mencakup ilmu undang-undang, bangunan mewah, wilayah kekuasaan yang luas dan ideologi yang sudah mengakar kuat dimasyarakatnya.

Di Persia, para Khasrau sebutan untuk seorang raja di Persia silih berganti memimpin wilayah yang ada di sekeliling mereka. Seperti pemimpin sebuah koloni besar yang tunduk dan patuh. Para raja itu membangun peradaban yang mereka namakan dengan peradaban Persia. Negara paling akhir yang memegang tampuk kepemimpinan negara Persia sebelum datangnya Islam adalah negara Sasaniyah. Kepemimpinan Sasaniyah bermula pada 226 M, dan berakhir pada 651 M di saat kaum Muslimin berhasil mengalahkan dinasti Sasaniyah. Masyarakat Persia dikenal sebagai masyarakat yang suka menyembah fenomena natural. Ajaran-ajaran Zoroaster atau orang yang dianggap sebagai nabi oleh orang Persia berdiri atas dasar bahwa ada perbedaan dan perselisihan antara kekuatan-kekuatan yang saling berseberangan seperti cahaya, kegelapan, kesuburan, kegersangan, kebaikan & keburukan. Menurut Zoroaster bahwa di dunia ini ada dua sumber atau tuhan. Pertama tuhan kebaikan dan tuhan keburukan. Kedua tuhan tersebut selalu berada dalam lingkup perselisihan. Masing-masing dari tuhan tersebut memiliki kemampuan yang berbeda dalam urusan penciptaan. Namun seperti itulah hukum keseimbangan dapat tercipta karena manusia pun pada dasarnya menjadi wadah bagi kedua unsur-unsur tersebut.

Tuhan kebaikan bagi mereka adalah cahaya. Cahaya inilah yang menciptakan segala sesuatu yang indah, baik dan bermanfaat, seperti penciptaan hewan yang bermanfaat dan burung-burung yang indah. Sementara tuhan keburukan adalah kegelapan yang menciptakan segala keburukan yang ada di dunia, seperti hewan yang buas, ular serangga, dan semisalnya pada ujungnya keselamatan hanya akan diperoleh oleh tuhan kebaikan. Zoroaster juga berpendapat bahwa manusia memiliki dua kehidupan, yaitu kehidupan pertama di dunia dan kehidupan kedua setelah kematian. Manusia akan memetik hasil sesuai amalan yang mereka kerjakan di dunia. Berdirinya hari kiamat semakin dekat ketika tuhan kebaikan dapat mengalahkan tuhan keburukan pada hari akhir kelak.

Simbol tuhan kebaikan bagi orang Persia adalah api. Mereka menghidupkannya di setiap tempat ibadah mereka dan memberikan pujian, sesajen, persembahan, pengagungan dan pembelaan terhadapnya agar lebih kuat sehingga dapat selalu menang atas kekuatan gelap tuhan keburukan. Sistem kepercayaan masyarakat Persia saat itu mirip dengan ajaran Mani yaitu tentang peperangan antara kebaikan dan keburukan didalam kehidupan manusia.

Waktu pun berlalu, maka sekitar tahun 487 M muncul seorang yang bernama Mazdak di Persia. Dia menyerukan dakwah kesyirikan model baru kepada manusia. Mazdak berpendapat sebagaimana pendapat Zoroaster mengenai cahaya dan kegelapan. Hanya saja ajaran-ajaran yang ia pegang adalah ajaran yang bernama sosialisme. Dia berpandangan bahwa seluruh manusia dilahirkan dengan kondisi dan cara yang sama maka seharusnya mereka hidup dalam kesetaraan terutama dalam urusan harta dan wanita karena kedudukan setiap manusia pada dasarnya adalah sama rata. Mazdak melarang manusia melakukan penyimpangan saling membenci dan peperangan ketika ia merasa bahwa harta dan wanita menjadi Sebab utama terjadinya penyimpangan dan peperangan maka dia menjadikan wanita dan harta halal bagi siapa saja yang menjadikan seluruh manusia bersekutu dalam menikmatinya sebagaimana mereka bersekutu dalam menggunakan air makanan dan api. Maka demikianlah kondisi sosial ideologi masyarakat Persia sebelum kelahiran Rasulullah, mereka menyembah men-tuhan-kan sesuatu yang bersebrangan yang terkait dengan nilai-nilai manusia dan benda yang tidak dapat memberikan manfaat ataupun mudharat kepada mereka kecuali semua atas seizin Allah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top